Tidak lama lagi kita akan menyambut sebuah hari yang sangat istimewa untuk umat Islam di seluruh dunia, sebuah hari yang penuh berkah akan segera tiba, hari tersebut ialah Hari Raya Idul Adha 1438 H. Idul Adha adalah diantara hari raya umat Islam yang jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah di takwim Hijriyah. Ini jadi peristiwa buat setiap umat Islam lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta serta mengagungkan-Nya dengan mengumandangkan takbir. Idul Adha memberi banyak sekali arti buat setiap umat muslim. Banyak arti yg dapat didapatkan dari Hari Raya Idul Adha pastinya tak terlepas dari sejarahnya. Idul Adha sangatlah berkaitan dengan momen qurban yang kala itu Nabi Ibrahim dengan keteguhan imannya serta kerelaan hatinya, beliau akan mengorbankan putranya, Ismail dengan akan menyembelihnya yang tidaklah lain hal tersebut dilaksanakan Nabi Ibrahim buat ketaatan pada Allah SWT. Nabi Ismail juga dengan keikhlasan hatinya ikhlas buat disembelih. Akan tetapi, waktu Nabi Ibrahim telah bersiap buat menyembelih putranya, Allah menggantikannya dengan seekor domba.
Peristiwa tersebut memberikan makna yang mendalam untuk seluruh umat. Jelas saja, Nabi Ismail yang merupakan putra satu-satunya dari Nabi Ibrahim dan kemudian Nabi Ibrahim diuji ketaatannya dengan perintah untuk menyembelih putranya itu. Akan tetapi dengan didasari ketaqwaan Nabi Ibrahim yang begitu kuat, beliau pun menjalankan perintah Allah yang kemudian ternyata kerelaan hatinya tersebut diberikan ganti yang terindah berupa Nabi Ismail yang tak jadi disembelih, melainkan seekor domba yang besar. Sebagaimana ini telah dijelaskan dalam Surah Ash Shaffat Ayat 102-109. Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan shalat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Dan dilanjutkan dengan melakukan penyembelihan hewan kurban. Berikut adalah keistimewaan idul adha bagi umat Islam:
- Allah menawarkan pembebasan kita dari api neraka
“Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada di hari Arafah.” (HR. Muslim)
- Hari Nahr dan Hari Tasyrik
Pada bulan Dzulhijjah juga ada hari yang sangat istimewa yang dikenal dengan istilah hari nahr. Yaitu hari kesepuluh di bulan tersebut, di saat kaum muslimin merayakan Idul Adha dan menjalankan shalat Ied serta memulai ibadah penyembelihan qurbannya, sementara para jamaah haji menyempurnakan amalan hajinya. Begitu pula hari-hari yang datang setelahnya, yang dikenal dengan istilah hari tasyriq, yaitu hari yang kesebelas, keduabelas, dan ketigabelas. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhususkan hari-hari tersebut sebagai hari-hari untuk makan, minum, dan berdzikir. Dan hari-hari itulah yang menurut keterangan para ulama adalah hari yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
- “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (Al-Baqarah: 203)
- Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan tentang hari-hari tersebut: “Hari-hari Mina (hari nahr dan tasyriq) adalah hari-hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
- Bahwa Islam Menghargai Hak Hidup Seseorang
Sebagaimana kita ketahui bahwa perintah menyembelih Nabi Ismail ini pada akhirnya digantikan seekor domba. Pesan tersirat dari adegan ini adalah ajaran Islam yang begitu menghargai betapa pentingnya nyawa manusia. Hal ini senada dengan apa yang digaungkan Imam Syatibi dalam magnum opusnya al Muwafaqot. Menurut Syatibi, satu diantara nilai universal Islam (maqoshid al syari’ah) adalah agama menjaga hak hidup (hifdzu al nafs). Begitu pula dalam ranah fikih, agama mensyari’atkan qishosh, larangan pembunuhan dll. Hal ini mempertegas bahwa Islam benar-benar melindungi hak hidup manusia.
Dengan berqurban, umat muslim akan diajarkan untuk senantiasa saling berbagi kepada sesama muslim yang lain, terlebih berbagi kepada mereka-mereka yang kurang mampu. Kemudian juga dengan berqurban, keikhlasan hati manusia akan diuji, terlebih diuji dari sifat yang tamak dan berlebih-lebihan. Berqurban akan mengajarkan bahwa apa yang didapatkan manusia saat ini tidaklah lain merupakan titipan dan sudah sepatutnya titipan tersebut dimanfaatkan secara baik dengan turut berbagi kepada sesama agar saling merasakan nikmat yang serupa.
Referensi: